Diberlakukannya liberalisasi pasar ASEAN pada 2015 nanti, membuat Indonesia terancam diserbu oleh Insinyur asing. Hal ini disampaikan oleh Persatuan Insinyur Indonesia. Diserbunya Indonesia oleh Insinyur Asing disebabkan jumlah Insinyur di Indonesia masih sangat terbatas.
“Ini ancaman nyata. Indonesia bakal diserbu insinyur impor atau asing, bila tidak segera melakukan terobosan radikal. Faktanya kita hanya punya 164 orang insinyur per satu juta penduduk. Idealnya harusnya 400 orang insinyur per satu juta penduduk,” kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bobby Gafur Umar dikutip dari Antara Sumbar.
Jumlah Insinyur di Indonesia masih kalah dari negara tetangga Asia lainnya. Malaysia misalnya saat ini memiliki 397 insinyur per satu juta penduduk. Atau Korea yang memiliki 800 insinyur per satu juta penduduk.
Sedikitnya jumlah insinyur di Indonesia diperparah dengan kurangnya minat lulusan SMU untuk meneruskan pendidikan sampai menjadi insinyur.
“Mirisnya lagi adalah minat para siswa lulusan sekolah lanjutan atau SMU untuk meneruskan ke pendidikan tinggi sampai menjadi insinyur, kelihatan sekali menurun. Kita hanya punya 11 persen atau 1,05 juta dari total sarjana yang ada,” kata Gafur.
Gofur menyampaikan, berdasarkan sebuah kajian, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi hingga 2015 membutuhkan sedikitnya tambahan 129.500 insinyur per tahun. Sedangkan pada 2015 sampai 2030, Indonesia memerlukan sedikitnya 175 ribu insinyur untuk mendorong industri dan kawasan ekonomi khusus.
Menurutnya Indonesia harus segera punya terobosan jika tidak ingin hasil sumber daya alamnya diolah oleh insinyur asing. Salah satu terobosan tersebut adalah dengan memberikan beasiswa besar-besaran. Selain itu Indonesia juga perlu Undang-Undang mengenai insinyur, agar para insinyur Indonesia mempunyai standar yang jelas dan bisa bersaing secara global.
Di Negara ASEAN, cuma Indonesia, Laos dan Myanmar yang belum memiliki Undang-Undang tentang Insinyur.