oleh Dearosi Nur Hanisyah, Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Andalas
Berkomunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan umum yang dlilakukan dalam masyarakat untuk menyampaikan ide, perasaan atau gagasan mereka. Ketika berkomunikasi, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat sekitar kita. Selain menggunakan bahasa yang dapat dimengerti, hal lain yang perlu diperhatikan adalah adab dan etika ketika berkomunikasi.
Ketika berbicara dan berkomunikasi, seseorang harus menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Sopan santun yang sering disebut dengan tatakrama, yaitu adat istiadat yang baik, dapat diartikan sebagai cara seseorang bergaul dalam berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, adab dalam berkomunikasi sangatlah penting untuk diketahui. Adab berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya orang yang berkomunikasi. Di suku Minangkabau misalnya, masyarakat minangkabau mempunyai etika tersendiri untuk berkomunikasi dalam pergaulan sehari-hari.
Minangkabau sebagai salah satu suku tertua didunia memiliki adab pergaulan yang terkenal halus dan tinggi. pergaulan masyarakat Minangkabau memiliki nilai-nilai yang sangat luhur dan penuh dan menjaga pergaulan dalam adat minang seperti yang tertuang dalam pantun dibawah ini :
Nan kuriak kundi,
Nan merah sago,
Nan baiak budi,
Nan indah baso.
Maksud dari pantun diatas adalah agar banyak orang yang senang dengan kita, agar bergaul bisa harmonis, kita harus bisa bertutur kata dengan halus dan lemah lembut. Jika kita menyampaikan sesuatu dalam cara yang tidak baik, maka akan memancing ketidaksukaan orang terhadap kita, meskipun sesuatu yang disampaikan itu baik sekalipun.
Etika dan adab berkomunikasi dalam pergaulan sehari-hari bagi masyarakat Minangkabau ini dikenal dengan “Kato nak Ampek”. Kato nan Ampek yang berarti kata yang empat merupakan pedoman pergaulan dalam berkomunikasi masyarakat Minangkabau dimana setiap orang dituntut paham perbedaan cara bicara dengan orang yang berbeda. Kato nan Ampek meliputi Kato mandaki, kato manurun, kato mandata dan kato malereang.
Penerapan dalam Kato nan Ampek ini dapat terlihat dari salah satu pantun:
Den indak dapek pai jo ang
Uni indak dapek pai jo adiak
Ambo indak dapek pai jo angku
Awak indak dapek pai jo uda
Dalam baris pertama, terdapat kata den yang berarti aku dan ang yang berarti kamu. Kedua kata tersebut biasa digunakan oleh orang yang sebaya. Kata tersebut mencerminkan Kato Mandata. Kato mandata adalah prinsip berkomunikasi masyarakat minangkabau yang berarti adab menyatakan pikiran kita kepada seseorang yang seumuran dengan kita. Kepada teman sebaya, hendaknya kita tetap bertutur kata baik sehingga tidak menyinggung perasaan, serta saling menghormati dan menghargai.
Pada baris kedua, terdapat kata Uni yang berarti kakak dan Adiak yang berarti adik. Kata tersebut mencerminkan Kato Manurun. Kato manurun merupakan cara berkomunikasi dengan seseorang yang lebih muda dari kita, seperti kakak kepada adik, orangtua kepada anak, guru kepada murid dan sebagainya. Hendaknya, kita tetap bertutur kata baik dan tidak bersikap semena-mena kepada orang yang lebih muda dari kita.
Pada baris ketiga, terdapat kata ambo yang berarti saya dan angku yang biasanya digunakan kepada orang yang disegani. Kata tersebut mencerminkan Kato Malereng. Kato malereng adalah prinsip berkomunikasi masyarakat minangkabau yang berarti adab menyatakan pikiran kita kepada orang yang terhormat. Contohnya kepada orang yang dituakan secara adat atau pejabat-pejabat nagari (pemerintahan). Hendaknya, tutur kata yang sopan nan santun, baik serta hormat harus kita terapkan ketika berbicara kepada mereka.
Pada baris terakhir, terdapat kata awak yang berarti saya dan uda yang merupakan panggilan kepada laki-laki yang lebih tua dari kita, panggilan untuk suami serta untuk abang. Kata tersebut mencerminkan Kato Mandaki. Kato Mandaki merupakan salah satu aturan berkomunikasi masyarakat minang yang berarti adab menyatakan pikiran kita dengan cara berkomunikasi dengan orang tua atau orang yang lebih tua. Mandaki atau mendaki berarti orang-orang yang sedang kita ajak bicara merupakan orang-orang yang berada diatas kita menurut umur, hirarki hubungan keluarga, atau hubungan guru-murid Hendaknya, ketika kita berbicara dengan tutur kata yang lembut dan sopan-santun serta memperlakukan orang tua tersebut dengan hormat.
Meskipun, masyarakat Minangkabau terlihat sangat tegas dalam mengatur adab pergaulan mereka, etika dalam berbicara yang mereka terapkan merupakan hal yang sangat baik mengingat dalam masa modern saat ini banyak sekali anak-anak muda yang seakan lupa akan tata krama dan etika berbicara kepada orang yang harus mereka hormati. Etika pergaulan Kato nan Ampek ini haruslah terus dijaga kelestariannya demi menjaga moral dan etika putra dan putri Minangkabau kedepannya.