4. Sabai Nan Aluih
Sabai Nan Aluih adalah cerita rakyat dari Padang Tarok, Baso, Agam. Cerita pernah dituliskan ke dalam bahasa Indoensia serta dibukukan oleh Tulis Sutan Sati.
Sabai Nan Aluih sendiri adalah anak perempuan dari Rajo Babanding dan Sadun Saribai. Cerita ini menceritakan tentang aksi kepahlawanan Sabai Nun Aluih dalam membalaskan kematian ayahnya kepada musuhnya yaitu Rajo Nan Panjang.
Cerita ini sangat sering dibawakan dalam berbagai kesenian Minangkabau seperti Randai, Rabab maupun dipentaskan dalam bentuk drama dan teater. Selain itu kisah Sabai Nan Aluih juga pernah difilmkan dan ditayangkan di TVRI.
5. Cindua Mato
Kaba Cindua Mato adalah cerita rakyat, berbentuk kaba, dari Minangkabau. Kaba ini mengisahkan petualangan tokoh utamanya, Cindua Mato, dalam membela kebenaran. Cerita ini masih digemari dan telah banyak dibahas para peneliti. Kaba Cindua Mato menggambarkan keadaan ideal Kerajaan Pagaruyung menurut pandangan orang Minangkabau.
Cerita ini pernah dituliskan dan dicetak dalam beberapa edisi. Edisi cetak tertua kaba ini adalah yang dicatat oleh van der Toorn dengan judul “Tjindur Mato, Minangkabausch-Maleische Legende.” Edisi ini hanya memuat sepertiga saja dari manuskrip asli yang tebalnya 500 halaman.
Pada 1904 Datuk Garang menerbitkan edisi lengkap kaba ini di Semenanjung Malaya, dalam aksara Jawi. Edisi ini mirip dengan versi Van der Toorn. Edisi Datuk Garang ini didasarkan pada manuskrip milik keluarga seorang Tuanku Laras di daerah Minangkabau timur.
Edisi lain adalah Saripado (1930), Madjoindo (1964), Endah (1967), Singgih (1972) dan Penghulu (1982). Selain itu cerita ini juga telah disadur ke dalam bentuk sandiwara oleh Moeis (1924), Penghulu (1955), dan Hadi (1977 dan dalam Esten, 1992).
Naskah kaba ini tersimpan di berbagai perpustakaan, antara lain Jakarta (Juynboll, 1899) dan Leiden (Van Ronkel, 1921).







