oleh : @damnoise
Nederlandsch Indische Portland Cement atau Semen Padang adalah pabrik semen tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 1910, di awal awal berdirinya pabrik ini menggunakan logo kerbau dengan latar belakang panorama Minangkabau, khas sekali aroma Minang-nya.
Di tahun 1995, pemerintah NKRI mengalihkan kepelikan saham PT Semen Padang ke PT Semen Gresik, kelak berganti nama dengan Semen Indonesia.
Kali ini kita tidak berbicara soal pabrik, kita bicara soal klub sepakbolanya, karena menurut khalayak pecandu bola, hal terbaik dari pabrik Semen Indarung ini adalah ketika kita berbicara soal tim sepakbolanya.
Semen Padang FC klub yg lahir di tahun 1980 ini mengawali karir dengan mengikuti kompetisi GALATAMA waktu itu, bermain di divisi l hingga di tahun 1982 Semen Padang juara dan naik ke divisi utama. Di tahun 1992, Semen Padang berhasil menjuarai piala GALATAMA dengan gol satu satunya dari Delfi Adri yang kini masuk dalam jajaran kepelatihan tim Semen Padang, berhasil mengalahkan Arema Malang waktu ini.
Berselang penggabungan liga perserikatan dan GALATAMA, Semen Padang juga ikut bermain di liga kasta tertinggi sepakbola Indonesia, hingga tahun 2007, Semen Padang FC degradasi, bermain dua musim di divisi utama di bawah kepelatihan Archan Luri, lalu Semen Padang naik lagi ke kasta teratas liga sepakbola Indonesia.
Puncaknya ketika Semen Padang menjuarai IPL dan bermain di kompetisi Asia, meski liga terpecah dua kala itu, tidak masalah, pendukung Semen Padang semuanya bergembira, Semen Padang kala itu memang tengah berada di puncak kejayaan. Di level asia pun Semen Padang mampu melaju sampai ke perempat final, sebuah prestasi mengagumkan dari tim pulau Andalas, yg kadang di setiap kompetisi tidak diperhitungkan sama sekali.
Beranjak sedikit dari euforia tsb, kita melangkah lagi ke bayangan buruk tahun 2017, di akhir musim Liga 1 atau yg akrab kita sebut liga golok, Semen Padang berada di posisi 16, di bawah Perseru, itu artinya, tim kesayangan ini kembali degradasi. Saya pun tidak bisa melukiskan kembali suasana pertandingan terakhir di GHAS waktu itu, terlalu suram, bahkan lebih suram dari kisah cinta jomblo yg ditinggal kawin.
Kabarnya setelah tim degradasi, beberapa pemain pun pindah ke klub lain, ya sebagai suporter kita hargai itu, karena bagi pemain, sepakbola adalah kehidupan. Dan yang harus manajemen klub juga paham, ketika pemain, pelatih, bahkan kepengurusan klub berganti, yakinlah suporter tetap mendukung dan tegak berdiri dengan cinta, meski cinta mereka dikebiri dan di sliding tackle oleh para calo tiket, sedikit pun rasa cinta itu takkan berkurang.
Sisa kemuraman brelanjut, setelah cuma peringkat dua di turnamen piala walikota Padang, tapi tak mengapa, rindu kami melihat tim ini bermain, jauh melebihi rindu kepada mantan pacar di seberang pulau.
Lanjut lagi kemuraman selanjutnya, setelah Semen Padang FC degradasi, kabarnya petinggi Semen Indonesia akan segera mengambil sikap, yang selama ini entah kemana mereka lalu tiba-tiba muncul, tidak tanggung-tanggung, media mulai memberitakan Semen Padang FC akan berganti nama menjadi Semen Indonesia, jurus yang mencengangkan sekali dan cukup menghentak.
Sepertinya orang dari Semen Indonesia ini berpikiran cukup tradisional, seperti ketika anak baru lahir yang terus terusan sakit, lalu diganti nama sama orang tuanya karena mungkin nama awalnya terlalu berat, sehingga si anak tersebut sakit-sakitan
Bagaimana dengan nama Semen Padang FC sebelumnya? Karena pabriknya bernama Semen Padang, terletaknya di kota Padang, sudah selayaknya klub bolanya tetap dengan nama Semen Padang FC tersebut. Oke, jangan hubungkan dulu dengan Taste Of Padang yg membuat geram netizen beberapa Minggu lalu, ini sepakbola, keluarkan kepentingan politik dari sini.
Semen Padang FC adalah identitas, dan Semen Padang FC adalah satu-satunya kebanggaan mayoritas masyarakat pecandu bola, kebanggaan kami pada pabrik semen di Indarung itu cuma klub bolanya, selebihnya tidak ada.
Tentu terasa ganjil, ketika Semen Padang FC berganti nama jadi Semen Indonesia Club, bahkan di Inggris sana, tempat sepakbola lahir, Manchester United tidak akan berganti nama menjadi Manchester England, Liverpool tidak akan berganti nama jadi Liverpool Great Britain.
Lalu atas dasar apa Tuan-Tuan sekalian mengganti nama klub ini?
Sebaiknya Tuan-Tuan sekalian belajar pada Dik Kintani? Tuan-tuan tau Kintani?
Baiklah saya beri tahu, dik Kintani adalah penyanyi Minang lokal asal Payakumbuh berparas cantik dan bersuara bening, lalu apa yg bisa tuan-tuan pelajari dari dik Kintani ini selain teknik olah vokalnya yang bagus?
Originalitas, tuan-tuan. Ya originalitas yg ditunjukkan dik Kintani lah yang patut tuan tuan pelajari, Kintani berwajah cantik khas remaja yg diburu followers Instagram, tetap dengan keasliannya, setiap caption Instagram dik Kintani, tetap dengan logat Pikumbuahnya, dimana aksen “A” jadi “O” begitu pula dengan gaya bicara dik Kintani, kental ala urang Pikumbuah. Apakah dik Kintani mencoba berbahasa Minang agak kerenan dikit, dengan dicampur aku kamu, atau lo gue? Tidak, karena dik Kintani sudah cukup menjadi dik Kintani sendiri. Saya berharap di kemudian hari paras dik Kintani tidak terpajang di baliho dengan latar belakang logo parpol, semoga.
Lalu, bagaimana dengan nama Semen Padang yang hendak diganti tadi? Saran saya sebagai seorang pecandu bola, biarlah Semen Padang tetap menjadi Padang, karena sahamnya sudah jadi milik Indonesia. Jangan usik rasa cinta kami, jika kalian ingin membenahi klub, benahilah mulai dari struktur manajemen hingga tim. Lalu, biarkan kami mencintai tim ini dengan cara kami sendiri.
Terakhir dari saya, musim kemaren ada pihak manajemen yang bilang, suporter karbitan lah yang protes di sosial media, jawaban saya, bagi kami dan mayoritas anak yg lahir lalu ari-ari nya di tanam di tanah ini, cinta kami ke klub ini tidak pernah habis. Ketika pemain datang dan pergi, manajemen silih berganti, suporter tetap berdiri.
Demikian, selamat siang. Salam saya untuk senyum manis dik Kintani