Tanggal 30 september 2017 tepat 8 tahun gempa bumi 7,6 Skala Richter melanda Sumatera Barat dan meninggalkan luka mendalam bagi Ranah Minang. Ribuan orang meninggal, kehilangan tempat tinggal, mengalami luka, tak sedikit juga yang mengalami cacat seumur hidup.
Belum genap 2 tahun, tahun 2010 kita harus mengalami luka lagi. Gempa kembali melanda, kali ini disusul oleh gelombang tsunami yang melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Belajar dari peristiwa tersebut kami mencoba menggali lebih jauh, belajar tentang gempa dan memberikan informasi kepada segenap followers kami dalam rangka memperingati Gempa 30 September 2009.
Kami melihat dalam rentang 8 tahun pasca terjadinya peristiwa tersebut masih banyak masyarakat yang belum tercerdaskan mengenai gempa dan tindakan mitigasi. Banyak juga yang berusaha menepis kenyataan bahwa kita berada di daerah yang memang rawan gempa.
Masyarakat belum sepenuhnya paham mengenai mitigasi, hal ini terlihat masih timbulnya kepanikan jika terjadi gempa. Masih percayanya masyarakat dengan isu-isu dari sumber yang tidak bertanggung jawab juga mengisyaratkan bahwa banyak yang belum belajar pasca gempa 2009.
Selama bulan september kami mencoba mencari data-data mengenai gempa bumi yang pernah melanda Sumatera Barat dan daerah-daerah di Sumatera. Dari hasil tersebut, sekali lagi kita tidak bisa menepis kenyataan bahwa memang kita hidup di salah satu pulau yang mempunyai riwayat gempa.
Data yang kami dapatkan dibantu oleh Bang Ade Rahadian dari Komunitas Pemerhati Seismik Indonesia. Dari data yang diberikan setidaknya gempa besar(yang tercatat) melanda Sumatera Barat dari tahun 1770 sampai dengan 2010 sebanyak 46 gempa bumi dengan 30 diantaranya menimbulkan tsunami.
Dari 46 gempa bumi tersebut 4 diantaranya magnitudonya mencapai bahkan lebih dari Magnitudo 8. 16 gempa berkekuatan besar dari magnitudo 7 dan sisanya didominasi gempa berkekuatan magnitudo 5-6.
Sepanjang sejarah gempa tersebut korban tewas (yang tercatat) mencapai 3167. Korban luka mencapai 8787 orang. Serta menyebabkan 506420 bangunan rusak.
Sejarah Gempa dan Peta Gempa Tua di Sumatera Barat
Catatan Gempa Sumatera
Gempa Sumatera Dalam Catatan dan Memoir Kuno
Secara umum Sumatera Barat mempunyai dua pusat gempa utama yang sering menghasilkan gempa besar dan merusak. Pertama terletak di perairan barat pulau Sumatera, zona ini disebut sebagai Zona Megathrust. Jika terjadi gempa besar akan sangat berkemungkinan menyebabkan tsunami. Kedua, zona patahan Semangko yang membentang dari aceh sampai ujung pulau Sumatera. Patahan ini membelah pulau Sumatera menjadi dua bagian.
Dari catatan gempa tersebut Sumatera dan Sumatera Barat khususnya mempunyai riwayat gempa di masa lalu. Artinya peristiwa tersebut bisa saja berulang. Namun, yang perlu diingat tidak satupun manusia maupun teknologi yang tau kapan akan terjadinya gempa.
Yang harus kita lakukan saat ini adalah mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan mitigasi bencana. Apa yang harus kita lakukan ketika gempa, setelah terjadi gempa, bagaimana dan kemana kita menyelamatkan diri ketika tsunami.
Salah satu upaya mitigasi bisa dengan mengetahui dimana tempat menyelamatkan diri. Saat ini pemerintah Kota Padang telah membangun Shelter di beberapa kawasan yang berada dekat dengan pantai. Selain shelter masyarakat juga bisa memanfaatkan gedung, atau bangunan bertingkat sebagai tempat menyelamatkan diri.
Dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Padang tahun 2011-2030, Pemerintah Kota Padang menetapkan tujuh kawasan sebagai ruang evakuasi bagi masyarakat. Tujuh kawasan tersebut adalah:
Kawasan Indarung meliputi Lapangan Sepakbola Cengkeh, lapangan balap sepeda, lapangan golf, Lapangan Lemdadika Padang Besi, dan Lapangan PT Semen Padang.
Kawasan Universitas Andalas meliputi Limau Manis, Lapangan Kampung Dalam, Lapangan Unand, Balai Bahasa Unand, Balai Diklat Kesos Provinsi, Diklat BRI, SMUN 9, SDN 2 Cupak Tangah, SMPN 14, SMAKPA, Mesjid SMAKPA, Auditorium Unand, Masjid Unand, dan Pusat Kegiatan Mahasiswa Unand.
Kawasan Durian Tarung meliputi Lapangan Durian Tarung, Lapangan Kuranji, SDN Kampung Kelawi, Masjid Jamiatul Huda, Kantor Pengadilan Agama, SDN 19 Pasar Ambacang Durian Tarung, MAN 1 Durian Tarung, Masjid Raya Tarung, Masjid Simpang Koto Tingga, SDN 9 Korong Gadang, SMPN 28, Masjid Al Ikhlas, dan Masjid Mujahidin.
Kawasan Balai Baru meliputi Lapangan Masjid Padi, SDN 22, MTsN, Masjid Nurul Hidayah, Masjid Nurul Ichsan, Komplek Perumnas Belimbing, Balai Kegiatan Sejarah, Masjid Taqwa Kampung Tangah, Masjid Al Hidayah Gunung Sarik, SD 02 Gunung Sariak, SMU PGRI 4 Balai Baru, SMUN 15, SMPN 18, PPLP dan Universitas Baiturahmah.
Kawasan Lubuk Minturun meliputi lahan sepanjang Jalan baru Solok, Balai Benih Indul Holtikultura, Lahan Perumahan Bumi Lareh Permai, SD 25 Koto Panjang, MTsN Koto Tangah, Masjid Nurul Yakin, SMPN Air Dingin, Musala Hamba Allah, MAN 3 Balai Gadang, SD 39 Tanjung Aur, Masjid Muhammadiyah, Masjid Nurzikrillah, SD 12 Sungai Lareh, Masjid Darussolihin, SMPN 22 Sungai lareh, Masjid Al Iman, dan SD 29 Gunung Sarik.
Kawasan Sungai Bangek meliputi lahan sepanjang Jalan By Pass, SDN 21 Sungai Bangek, Masjid Al Ikhlas, SDN 37 Sungai Bangek, Masjid Simpang Pulai, dan SDN 26 Parak Buruk.
Kawasan Anak Air meliputi lahan-lahan masyarakat sepanjang jalan By Pass.
Nyawa kita memang berada di tangan dan kendali Tuhan. Tapi setidaknya upaya mitigasi bisa mengurangi jumlah korban yang diakibatkan oleh gempa bumi.
Terakhir kami berpesan kepada masyarakat untuk terus meningkatkan kapasitas dan pengetahuan dalam hal mitigasi bencana terutama gempa bumi. Kami juga berharap masyarakat untuk tidak terpancing melalui isu dan informasi yang disebar melalui broadcast yang sumbernya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Selain itu kami juga berharap masyarakat bisa ikut aktif dalam setiap kegiatan mitigasi bencana yang diadakan oleh pemerintah dan dinas terkait.
Semoga kita lebih dekat dengan Sang Pencipta dan jauh dari bencana dan marabahaya.