Tak berapa lama lagi Kota Padang akan mempunyai Bioskop yang representatif sebagai salah satu sarana hiburan di Kota tersebut. Berawal dari tersebarnya lowongan kerja penerimaan pegawai XXI Padang di media sosial akhirnya terungkap bahwa jaringan bioskop XXI memang sedang digarap di Kota Padang.
Hadirnya XXI di Kota Padang tentu saja membawa angin segar bagi warga Kota Padang terutama bagi mereka pencinta film. Berdasarkan informasi yang ditulis Haluan, XXI di Kota Padang akan berlokasi di Plaza Andalas Lantai 4 dan akan beroperasi pada Agustus tahun ini.
Marketing Head Promotion Cinema XXI untuk Ramayana Padang dan Pekanbaru, Joel Fernandes akan ada 4 teater besar dan 2 teater kecil di XXI Plaza Andalas. Untuk teater besar bisa menampung 116 penonton dan teater kecil bisa menampung 80 penonton.
Kehadiran XXI di Kota Padang akan menjawab kebutuhan masyarakat yang selama ini merindukan hadirnya sebuah bioskop yang layak. Mengingat selama ini bioskop-bioskop yang ada di Kota Padang bisa dibilang tidak layak dan sering dikaitkan dengan prilaku mesum yang dilakukan oleh oknum penonton terutama muda-mudi.
Gambaran bioskop seperti itu melekat bertahun-tahun di benak warga Kota Padang. Maka tak heran, ketika Bioskop Raya mulai update terhadap film-film terbaru warga Kota Padang tak terlalu antusias. Ada banyak faktor yang membuat warga terutama anak muda malas untuk datang ke Bioskop.
Tidak hanya penggemar film, kehadiran XXI juga membawa angin segar bagi sineas lokal. Dalam sebuah wawancara infoSumbar bersama Ferdinand Almi, Sutradara Salisiah Adaik ia mengaku kesulitan untuk mendistribusikan film karena tidak adanya Bioskop yang layak.
“Ya tahu sendiri lah untuk Bioskop yang kita punya imagenya negatif. Sering dijadikan tempat berbuat asusila bagi muda-mudi. Kalau saya memutar film di sana maka gambaran orang tentang film ini menjadi negatif. Jadi kita memang butuh bioskop yang layak. Selain untuk menonton, juga bagi sineas untuk memutar film-film mereka,” kata Ferdinand Almi.
Senjakala Bioskop Padang?
Kehadiran bioskop sebagai bagian dari budaya urban sudah lama ada di Padang. Menurut Suryadi, peneliti di Universitas Leiden, Belanda bioskop sudah hadir di Padang sejak 1900-an. Bioskop tersebut antara lain “Biograph”, “Cinema Theatre”, “the Royal Excelsior”, and “Scala-Bio”.
Dan bioskop di Kota Padang memasuki era jayanya pada masa 70-an sampai 80-an. Bioskop Raya termasuk salah satu bioskop ternama di Kota Padang. Tapi kondisi bioskop yang dibangun tahun 1950 itu kini begitu memprihatinkan. Bahkan saat tak ada film baru bioskop ini sepi penonton.
Bioskop Raya pertama kali dimiliki oleh keluarga Taslim yang juga pemilik PT Lembah Karet. Tahun 1979 kemudian bioskop Raya dijual kepada keluarga Wijaya Effendi. Keluarga Wijaya Effendi sendiri juga memiliki sebuah Bioskop yaitu Bioskop Kencana (Juliet sekarang).
Bioskop tua yang lainnya yang masih ada sampai sekarang adalah Bioskop Karya yang dibangun tahun 1930-an. Bioskop Karya dibangun oleh kakek Wirako Anggriawan yang berprofesi sebagai seorang pengacara. Karena pesatnya perkembangan bioskop waktu itu, kakeknya membangun lagi satu bioskop tahun 1940 yaitu Bioskop Mulia yang saat ini sudah ditutup.
Saat ini hanya Bioskop Raya dan Karya yang masih beroperasi. Bioskop Raya bisa dibilang cukup update dengan film-film terbaru sedangkan Bioskop Karya kebanyak memutar film-film lama. Tanpa film-film baru kedua bioskop tersebut cenderung sepi. Bahkan jika penonton kurang dari sepuluh film tidak akan jadi diputar.
Lalu dengan kehadiran XXI di Kota Padang apakah bioskop-bioskop tersebut akan bertahan? Atau justru kalah ditelan zaman?