Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) mendata pertumbuhan investasi pada triwulan II di provinsi itu melambat hanya tercatat 3,3 persen jauh leibh rendah dibandingkan triwulan I yang mencapai 4,2 persen.
“Ini disebabkan perilaku menunggu sektor swasta dan masih berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah sehingga investasi terbatas,” kata Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko di Padang, Kamis.
Menurut dia masih belum tercapainya kondisi break even point (BEP) atau pengembalian modal menjadi faktor pertimbangan utama pelaku usaha menahan investasinya.
Ia menyebutkan nilai investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Sumbar tercatat sebesar Rp60,5 miliar, atau turun signifikan dibandingkan triwulan I 2015 sebesar Rp199,0 miliar.
Hal ini terkonfirmasi dari penyaluran kredit investasi yang tumbuh melambat dari 23,6 persen pada triwulan I 2015 menjadi 23,1 persen pada triwulan II, kata dia.
Ia melihat dalam delapan tahun terakhir pertumbuhan investasi Sumbar hanya berada pada angka 5 sampai 10 persen dan tidak pernah berada diatas 15 persen.
Kontribusi investasi Sumbar terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Sumbar hanya 29 persen sementara yang menjadi penopang utama adalah konsumsi rumah tangga yang mencapai 51 persen, ujarnya.
Sementara, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM ) Sumbar Masrul menyebutkan realisasi investasi di Sumbar berupa penanaman modal asing sejak 2011 sampai 2014 mencapai 317 ribu dolar AS dan modal dalam negeri sebesar Rp4,5 triliun.
Ia mengatakan untuk penanaman modal asing realisasinya melebihi target mencapai 352 persen dan penanaman modaldalam negeri pencapaiannya mencapai 252 persen.
-antarasumbar