Karta Kusumah sebagai penulis naskah berusaha untuk memberi tawaran baru dalam cerita rakyat ini. Yang menjadi titik sentral dalam teks lakon bukanlah Malin Kundang, tetapi Nilam—anak perempuan Malin Kundang.
Naskah drama “Nilam binti Malin” bermula dari diskusi Mahatma Muhammad selaku sutradara pertunjukan dengan Karta Kusumah sebagai penulis naskah, yang kemudian bersepakat mereinterpretasi Kaba Malin Kundang.
Naskah kemudian disesuaikan dengan eksplorasi gerak tradisi Minangkabau yang sebelumnya telah menjadi latihan rutin Olah Tubuh anggota teater KSNT.
Dramaturgial “Nilam binti Malin” berangkat dari tafsir kreatif penyutradaraan Mahatma Muhammad dengan mengeksplorasi Randai sebagai basis dramaturgi teater rakyat Minangkabau.
Konsep Penyutradaraan
Randai adalah salah satu permainan teater rakyat di Minangkabau yang memiliki aspek seni pertunjukan yang komplit. Dalam Randai terdapat tarian berupa gerakan silek (silat), kaba (cerita) yang sebagian dilakonkan dan sebagian lain umumnya berbentuk pantun yang didendangkan (dinyanyikan).
Baik tarian, cerita serta nyanyian tersebut dirangkum dengan musik yang menyempurnakan pertunjukan. Secara umum, randai yang dikenal luas dimainkan secara berkelompok, dengan membentuk pola lingkaran yang diiringi dengan dendang.
Gerak lingkaran mengikuti prinsip dasar langkah ampek (langkah empat), yaitu ke kanan, ke kiri, membesar dan mengecil. Sementara untuk kaba atau cerita yang dilakonkan, disampaikan di tengah-tengah lingkaran tersebut oleh pemeran/tokoh, sementara itu cerita yang dinyanyikan merupakan transisi babak/ pengantar cerita, peralihan waktu, tempat, peristiwa dan suasana.
Sebagai gabungan kesatuan seni pertunjukan yang betul-betul melebur satu sama lainnya, randai selalu berkembang dan memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Oleh karena itu, garapan “Nilam binti Malin” mengusung spririt randai dalam pengemasan dramaturgi pertunjukannya.
Melalui rujukan unsur-unsur seperti gerak lingkaran, musik, dendang, tarian (gerak silek) dan tentu saja kaba (cerita/kabar), konsepsi lakon “Nilam binti Malin” dieksplorasi oleh Mahatma Muhammad selaku sutradara, penata artistik sekaligus penata musik, untuk dapat memenuhi kebutuhan kaidah-kaidah penampilan teater modern masa kini.
Dalam konsep penyutradaraannya, Mahatma Muhammad memakai dan mengimplementasikan sekaligus dua model akting, yaitu pemeranan teater konvensional barat dan pemeranan teater rakyat.
Pemain sekaligus adalah aktor (yang dimungkinkan memainkan beberapa peran masing-masingnya), pemusik, penari, hingga kru artistik; serta di beberapa bagian transisi pergantian latar tempat, kejadian, waktu dan suasana pertunjukan, sifat pementasan teater rakyat yang cenderung cair dan akrab diharapkan dapat hadir.
Inovasi atau pencarian kreatifitas dalam pertunjukan “Nilam binti Malin” yaitu pengaktulisasian ulang konsep-konsep randai terhadap kebutuhan teater modern Indonesia.
Untuk pemesanan tiket masuk, silakan menghubungi via sms ke 085263039993.