SEJARAH SUNGAI DAREH
Nagari Sungai Dareh merupakan salah satu nagari yang berada di Kecamatan Pulau Punjung. Sungai Dareh dan Pulau Punjung dipisahkan oleh sebuah sungai yang bernama Batanghari dimana dulunya sungai ini memiliki air yang sangat jernih dan banyak terdapat ikan ikan air tawar, tapi sekarang airnya berubah menjadi berwarna dari kandungan limbah logam dan mercury karena ulah para penambang emas, pembuangan dari linbah sawit dan karet yang bermuara ke sungai batang hari.
Dulunya untuk menghubungkan kedua tepian sungai yang berjarak kurang lebih 500 meter ini tersedia transportasi yang biasa di sebut Palayangan yang dikaitkan dengan rentangan kawat baja dan untuk menggerakan hanya mengandalkan arus sungai yang deras. Disamping itu orang juga memanfaatkan ponton dan kapal sebagai alat penyebrangan. Untuk menyeberangi sungai ini di butuhkan kesabaran dan ketabahan terutama musim hujan merupakan waktu tersulit untuk menyeberangi dari pulau punjung ke sungai dareh, karena masyarakat bisa kembali menyebrang ketika arus sungai normal. Tapi sekarang ini sudah di bangun jembatan untuk menghubungkan kedua nagari sekaligus penghubung jalan lintas Sumatera. Jembatan Batanghari ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974.
Nagari Sungai Dareh terkenal dan tercatat dalam sejarah karena dipinggiran sungai inilah ada sebuah pesanggerahan pada akhir tahun 1957 pernah diadakan pertemuan dua hari oleh beberapa tokoh nasional untuk mematangkan rencana pemberontakan yang kita kenal dengan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia).
Bicara tentang asal nama Sungai Dareh, ternyata jauh dari persepsi awal kebanyakan orang yang mengira bahwa Sungai Dareh merupakan sungai Batanghari. Jawaban itu jelas salah, karena Sungai Dareh bukanlah Sungai batanghari, menurut cerita turun temurun dari nenek moyang orang sungai dareh menceritakan bahwa asal nama sungai dareh adalah dari sebuah rawa yang di buat aliran dimana airnya mengalir deras sampai bisa menghanyutkan kerbau padati.
Diceritakan pada zaman dahulu di wilayah ini terdapat sebuah Rawa yang sangat besar bernama Rawang Laweh, apabila turun hujan Rawang Laweh akan meluap di penuhi air dan mengalir ke sebuah aliran yang bernama Rawang panjang. Aliran air di rawang panjang ini mengalir sangat deras. Setelah sekian lama muncul inisiatif dari masyarakat setempat untuk mengurangi derasnya iar di rawang panjang maka di bangunlah aliran air selanjutnya sehingga kondisi air di rawang laweh bisa berkurang lebih banyak lagi. Aliran air tersebut selain mengalir ke sungai Batang Hari juga di gunakan untuk mengairi sawah. Ada cerita lain yang mengatakan bahwa bukti dari derasnya air yang mengilir dari rawang laweh ini adalah hanyutnya kerbau padati orang Batusangkar yang lewat membawa barang pada saat itu.
Dari sanalah kemudian daerah setempat dinamakan Sungai Dareh sehingga sekarang manjadi sebuah nagari yang masuk Kecamatan Pulau Punjung di Kabupaten Dharmasraya.