Senin (11/2) sore gempa berkekuatan 4.6 Skala Richter mengguncang Pesisir Selatan dan getarannya terasa di Kota Padang. Seperti biasa, kami pun merilis informasi gempa tersebut di berbagai platform yang kami gunakan.
Namun, ada satu komentar yang mengatakan kalau informasi tersebut hoax. Setelah dicek ternyata pemilik akun yang memberi komentar tersebut masih di bawah umur untuk menggunakan media sosial.
Sebenarnya penggunaan media sosial oleh anak memang sudah jamak dilakukan. Bahkan orang tua (yang tidak mengerti) juga terkadang dengan sadar memberikan akses kepada anak mereka untuk itu.
Kami pun melakukan survei kecil terhadap pengikut di instagram untuk mengetahui seberapa banyak dari mereka yang mempunyai anggota keluarga di bawah 13 tahun yang menggunakan social media. Hasilnya 58 persen memiliki anggota keluarga berusia di bawah 13 tahun yang sudah menggunakan media sosial.
Lalu, pertanyaannya apakah ada batasan umur penggunaan media sosial? Jawabannya ada. Aturan ini biasanya tertuang dan ada di masing-masing situs media sosial tersebut.
Berikut ini beberapa batasan umur di beberapa social media :
- facebook 13+
- twitter 13+
- instagram 13+
- whatsapp 13+
- youtube 13+
- path 18+
- tinder 18+
Memang saat ini masih banyak yang melanggar aturan tersebut. Penelitian yang dilakukan Comres untuk program anak BBC, Newsround pada tahun 2016 memperlihatkan kenyataan seperti itu.
Dari penelitian tersebut tercatat sebanyak 78 persen anak yang berumur di bawah 13 tahun memiliki setidaknya satu akun media sosial. Sementara khusus instagram ada 41 persen dari responden berusia 10-12 tahun yang menggunakan social media khusus foto tersebut.
Padahal dalam aturan instagram sudah dijelaskan bahwa untuk menggunakan social media mereka pengguna harus berumur minimal 13 tahun. Bahkan pengguna boleh melaporkan jika menemukan akun yang dicuragai penggunanya berumur di bawah 13 tahun.
Kenapa batasan umur dalam penggunaan media sosial itu penting? Hal ini berkaitan dengan kematangan berpikir dan emosi. Selain itu ada banyak bahaya yang mengintai anak-anak di dunia maya.
Perundungan
Dalam kasus komen hoax oleh salah seorang pengguna instagram di bawah umur di postingan gempa infosumbar, si anak kemudian menjadi korban perundungan oleh pengguna lainnya. Kami pun menghapus komennya agar tidak membahayakan.
Di umur belia seorang anak masih rapuh secara emosional. Dia bisa jadi tidak siap menerima perundungan di dunia maya oleh banyak orang. Dari situ hal-hal negatif bisa saja dia lakukan tanpa pikir panjang.
Menjadi Target Kejahatan
Selain itu anak-anak yang masih polos pola pikirnya juga sangat rentan menjadi target kejahatan. Penjahat bisa saja menggunakan media sosial untuk melakukan penjebakan atau sejenisnya.
Yang lebih parah anak-anak sangat mungkin menjadi target kejahatan seksual oleh para pelaku pedofilia. Maka itu pengawasan terhadap anak di internet sangat penting.
Pornografi
Pada dasarnya semua platform social media sudah menyiapkan sistem mereka untuk menangkal konten pornografi. Tapi, pengguna yang berniat negatif selalu menemukan jalan. Jika tidak dalam pengawasan anak-anak bisa saja kemudian terjebak mengakses konten pornografi.
Untuk menyiasati anak di bawah umur dalam menggunakan teknologi maka harus dilakukan pengawasan. Kontrol terhadap apa yang mereka akses teramat penting bagi kebaikan mereka.
Beberapa kiriman menarik dari pengikut infosumbar di instagram berikut mungkin bisa menjadi inspirasi.
Di akhir tulisan ini kami mengingatkan kepada orang tua dan Anda yang lebih dewasa agar mengawasi anak-anak di bawah umur dalam menggunakan media sosial dan mengakses internet.
Dan jika Anda peduli bagikan tulisan ini kepada teman, kerabat dan orang-orang di sekitar Anda.