Padang – Sumatera Barat bisa bergembira sekarang, karena saat ini telah memiliki ekosistem pelaku usaha rintisan digital (startup). Hal ini setelah adanya bisnis inkubator startup yang bernama Visio Incubator yang mulai beroperasioanal di Kota Padang.
Jadi apa startup itu? Lazada, traveloka, gojek, bukalapak adalah startup, dimana yang membedakan mereka dengan bisnis umumnya adalah mereka mengandalkan teknologi internet untuk mengembangkan usahanya dan menjangkau pelanggannya. Dengan startup pelaku usaha bisa menjangkau banyak pelanggan tanpa harus membuka cabang di setiap daerah.
Sedangkan bisnis inkubator adalah lembaga pelatihan bisnis yang menggemukkan (inkubasi) para startup ini. karena statistiknya biasanya 9 dari 10 startup yang berdiri akan gagal. Untuk meminimalisir resiko gagal itu, startup biasanya membutuhkan lembaga penggemukan tadi, atau memiliki mentor yang telah sukses.
Di indonesia sudah bermunculan binsis inkubator yang tersebar di seluruh Indonesia. Sayangnya untuk sumatera barat sendiri belum ada. Sedangkan di sumbar banyak talenta yang mampu untuk mendirikan startup. Kesempatan ini disambut dengan antutisias oleh Visio Incubator, sebuah bisnis inkubator yang didirikan oleh Hendriko Firman dan Ogy Winenriandhika. Mereka berdua adalah pentolan startup yang sudah cukup malang melintang di tingkat nasional dan internasional. Dengan semangat untuk membangun Nagari, mereka berdua telah melakukan inkubasi terhadap 6 startup di ranah minang ini sehingga tumbuh dan bisa bersaing di kancah nasional.
“Dengan pelatihan selama 3 bulan intensif kita berharap startup ini bisa bersiang di kancah nasional dan bisa mendapatkan pendanaan dari investor. Karena untuk mengembangkan startup membutuhkan modal dari puluhan juta sampai ratusan juta. Rata-rata startup mati dalam 6 bulan karena kurang pengalaman dan pendanaan”, ujar Hendriko.
BELAJAR DARI PENGALAMAN SENDIRI
“Ketika saya memulai kosanku.com di tahun 2013 di Padang, saya merasakan hal sangat berat untuk memulai bisnis startup ini. tidak ada ekosistem, tidak ada mentor dan tidak banyak bantuan dari pemerintah. Beda dengan sekarang sudah ada program 1000 startup dari pemerintah. Jadi saya ingin menolong orang-orang yang dulu pernah di posisi saya dulu ini sekarang.” Ujar Hendriko.
Begitupun dengan Ogy, saat memulai appskep dia memiliki banyak masalah saat mengembangkan startupnya ini di tahun 2016.
“Saya walaupun sudah berbisnis selama 4 tahun, juga terkejut bagaimana kompleks dan berbedanya bisnis startup ini. saya harus mengikuti lomba sampai ke Jakarta untuk bisa mendapatkan saran dan masukan agar startup saya di bidang kesehatan ini bisa bertumbuh.” Ujar Ogy yang pernah mewakili Indonesia di ajang Startup Istanbul, Turki.
PROGRAM 3 BULAN DAN 6 STARTUP YANG LOLOS
Inkubasi startup tahap 1 ini diikuti oleh 6 startup yang lolos bergabung, mereka adalah Ternakkita (investasi sapi online), Goon.travel (panduan perjalanan wisata online), Fundonasi (penjual buku bekas dan donasi buku online), Picturewithme (jasa fotografer freelance online), Blajar.id (belajar online), berkarir.id (pencari kerja online).
Program inkubasi sendiri berlangsung selama 3 bulan. Setelah mengikuti tiga bulan, mereka akan melakukan presentasi bisnisnya ke investor digital untuk mendapatkan bantuan pendanaan.
“investor ini sangat penting bagi setiap startup karena, startup membutuhkan modal yang besar dan simpanan yang besar. Dengan adanya investasi dari investor, hal ini bisa membuat keberlangsungan startup ini bisa sustain. Di awal-awal investor juga akan menjadi mentor buat startup ini, karena mereka telah berpengalaman sebelumnya.” Ungkap Hendriko.
SUMBAR JADI POROS STARTUP NASIONAL
Hendriko memaparkan bahwa Inkubasi ini dilakukan dua kali setahun, yaitu bulan Maret dan September. Untuk mendaftar bisa mengunjungi visioincubator.id/program.
Dengan adanya bisnis inkubator ini, Hendriko dan Ogy berharap semakin menjamurnya pelaku startup di Sumbar. Di sisi lain mereka juga berharap Sumbar juga bisa menjadi poros startup nasional, dimana selama ini selalu di dominasi oleh kota-kota di Pulau Jawa.
“Selama ini saat orang ingin membangun startup mereka pindah ke Jakarta, bandung atau Jogja. Tapi kita ingin memutus rantai itu, kalau untuk awal-awalnya di Sumbar masih bisa kenapa harus memulainya di pulau Jawa yang membutuhkan biaya besar.” Ungkap Ogy.