Tepat satu hari setelah hari raya Idul Adha nanti, yakni pada hari Selasa dan Rabu, 13 dan 14 September 2016, sebuah festival bertajuk Pasa Harau Art & Culture Festival akan digelar di Lembah Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Kegiatan yang dikembangkan oleh Komunitas Harau bersama beberapa komunitas seni ini adalah festival yang menggabungkan konsep seni pertunjukan, pertunjukan budaya dan pariwisata.
Pasa Harau Art & Culture Festival pada dasarnya bermaksud mengembangkan sebuah festival atau peristiwa seni budaya, yang bisa menjadi ruang untuk mengembangkan kesenian-kesenian tradisional Minangkabau menjadi kesenian yang bernuansa masakini. Pada saat yang sama, pengembangan berbagai kesenian tradisional Minangkabau masakini tersebut diharapkan dapat memperkaya daya tarik Lembah Harau sebagai kawasan tujuan wisata yang namanya sudah cukup terkenal, baik di Indonesia, maupun di manca Negara. Namun yang paling penting, sesungguhnya, adalah menghidupkan, menggerakkan, dan menyemarakkan aktivitas budaya masyarakat Lembah Harau itu sendiri.
Secara garis besar, materi acara Pasa Harau Art & Culture Festival terdiri atas lima kategori, yakni: Seni Pertunjukan Minangkabau, Pertunjukan Budaya Minangkabau, Musik Akustik, Permainan Rakyat, dan Kuliner Khas Minangkabau. Seni pertunjukan Minangkabau, yang akan menjadi tontonan menarik dalam gelaran Festival Pasa Harau yang pertama ini akan terdiri atas randai, tari piriang, tari galombang, sijobang, dan ensambel musik tradisional Minangkabau. Penampil seni pertunjukan adalah Grup Si Kambang Manih dan Grup Balega, yang akan menampilkan kreasinya atas tari piriang di ateh kaco, ansambel musik tradisi dan tapuak galambuak randai.
Pergelaran Musik Akustik di Festival Pasa Harau akan menampilkan band-band yang belakangan ini cukup mendapat perhatian anak muda Sumatera Barat, yakni OK La Paloma, C-Kustik, Ranah Rasta, dan Orkes Taman Bunga. Permainan Rakyat yang akan digelar adalah festival alang-alang (layang-layang) dan pacu anjiang (pacu anjing). Adapun pertunjukan budaya yang akan disimulasikan adalah Upacara Manaiakkan Kudo-Kudo dan Alek Arak.
Pasa Harau Art & Culture Festival pada dasarnya disediakan secara gratis untuk pengunjung dari berbagai daerah, baik dari kawasan sekitar Kabupaten 50 Kota sendiri, maupun dari luar daerah dan provinsi. Namun bagi mereka yang membutuhkan bantuan akomodasi, disediakan paket wisata yang terdiri dari kategori VIP dan kategori Festival. Para pengunjung dengan paket wisata VIP akan diinapkan di rumah-rumah penduduk di Kanagarian Harau, sementara mereka yang mengambil paket wisata Festival, akan disediakan tenda berbagi dan areal perkemahan yang nyaman.
Selain tempat menginap, pengunjung dengan paket wisata VIP maupun festival juga akan mendapatkan fasilitas makan dan sarapan. Khusus untuk pengunjung dengan paket wisata VIP, akan mendapatkan pula wisata trakking di kawasan Lembah Harau serta jemputan dari dan ke Bandara Minangkabau Padang atau Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Dengan strategi ini, pelaksanaan Festival Pasa Harau diharapkan dapat meningkatkan pula pendapatan masyarakat di kawasan Lembah Harau.
Pelaksanaan Pasa Harau Art & Culture Festival dibiayai secara mandiri oleh Komunitas Harau dan berharap dapat memberi dampak ekonomi yang nyata di masa depan. Konsep dasarnya adalah festival yang dibangun dari partisipasi berbagai komunitas yang tergabung di bawah nauangan Komunitas Pasa Harau. Biaya penyelenggaraan diharapkan dapat dikembangkan ketika berbagai komunitas menyumbang sesuai kapasitasnya, misalnya berupa sumbangan lahan untuk lokasi pelaksanaan, sumbangan materi acara, uang, jaringan, dan sebagainya. Adapun tambahan biaya operasional dapat dikumpulkan dari mengambil sedikit margin atas biaya akomodasi pengunjung.
Pelaksanaan pertama Pasa Harau Art & Culture Festival mendapatkan bantuan dari berbagai lembaga. Bantuan pembiayaan program didapatkan dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Kementrian Pariwisata dan Djarum MLD. Adapun lembaga yang memberikan bantuan keorganisasian adalah Teater Tambologi, Yayasan Umar Kayam, dan Rumah Budaya Joglo Abang. Sementara lembaga ‘tuan rumah’ yang memberikan berbagai kontribusi adalah Teater Sambilan Ruang, La Paloma Artspace, Komunitas Intro, dan Komunitas Harau.